Created by

Misteri Rumah Tua (By Adi Satriawan Part 1)

Aku yang bernama Heru tinggal di sebuah rumah dengan kedua orang tua.

Teman-teman aku bernama Andi, Anton, Hendi, dan Ari. Kami berencana, jika libur sekolah telah tiba kami ingin pergi tamasya ke pegunungan yang ada air terjunnya.

Aku dan teman-teman akan menghabiskan waktu berlibur di sana dengan santai, sambil menikmati segarnya udara di pegunungan.

Melepas semua kejenuhan, kepusingan dan lelah setelah lama bertajar di Sekolah.

“Libur sekolah tinggal dua hari lagi kan” kataku sambil bergumam.

Hendi menjawab “Asyik kita dapat berlibur ke pegunangan yang ada air terjunnya”.

Dalam hatiku berkata hari libur ini pasti sangat menyenangkan sekali, bersama teman-teman. Aku tersenyum simpul.

“Hai…hai…“ Anton menyapa. “Besok orang tua kita di suruh datang untuk mengambil rapot, sampai bertemu besok…”.

Jangan lupa ya liburan kita tamasya ke air terjun, ingat hanya kita berlima saja”.

“Eh kamu lupa ya” Hendi membalas, kita kan ada enam orang”.

“Loh !! kok… enam orang bukanya lima” kata Anton keheranan.

“Aduh kamu payah kata Hendi kan satu orang lagi sopirnya Ayah Heru”.

“Benar juga ya…, yang penting tamasya.”

Bagi rapot baru akan dimulai. Para orang tua kami telah siap untuk mengambilnya.

Jantungku berdebar-debar tak menentu, dalam hatiku berkata semoga nilai-nilai di rapotku tidak ada merahnya.

Ketiga kawanku sudah mendapatkan rapot semua, tinggal aku dan Anton lagi.

Anehnya Anton kelihatan tenang tanpa ada rasa cemas sedikitpun di wajahnya. Mungkin, dia telah belajar sungguh-sungguh sehingga dia yakin hasil pasti memuaskan.

Nama Anton di panggil, orang tuanya segara maju kedepan untuk mengambil rapot.

Ternyata dia mendapatkan peringkat pertama di kelas. Aku sama sekali tidak heran karena ia memang anak yang pintar.

Setelah itu giliran namaku yang dipanggil.

Misteri Rumah Tua (By Adi Satriawan Part 1)

Jantungku tambah berdebar-debar. Ibuku segara maju ke meja guru di depan kelas untuk mengambil rapotku.

Hasilnya sungguh memuaskan, aku mendapatkan peringkat kedua di kelas.

Aku di suruh maju ke depan kelas untuk menerima hadiah.

Ibu ku sangat senang ketika menerima rapot ku itu.

Ibu tambah senang lagi ketika membuka rapotku. Berderet angka delapan dan sembilan tertulis disitu.

Sebagai hadiah dari kesuksesanku Ibu mengijinkan ku dan teman-teman sekalian untuk berlibur dangan menaiki mobil yang yang di kendarai oleh Pak Mamat, sopir pribadi Ayahku.

Sebelum pulang kami berlima berkumpul dulu untuk membicarakan kepergian kami besok.

“Besok kalian siap-siaplah pergi tamasya untuk melihat air terjun dan menghirup udara yang segar” kata Heru seraya mengingatkan sambil menunjuk ke arah kami.

“Oke deh…, dah… kami pulang dulu” jawab Ari.

Keesokan harinya kerena hari libur maka aku biasanya bangun siang.

“Heru…. Heru….. jadi nggak perginya”.

Aku langsung terbangun ketika mendengar suara temanku memanggilku. Aku langsung beranjak dari tempat tidur, mandi dan berpakaian.

Aku baru sadar bahwa hari aku akan pergi tamasya bagaimananih pakaian ku belum kusiapkan.

“Heru… Heru… Heru…” .

“Ia..ia tunggu…tunggu….”

“Heru…cepatlah kata Ibuku sambil membawa tas gunang, kamu sudah ditunggu temanmu”.

“Ini tasmu dan semua peralatanmu untuk tamasya serta ini bekal untuk diperjalanan”, Ibu menujukkannya padaku dan aku segera membawanya kedalam mobil.

“Heru lama sekali sih bangunnya” kata Andi menyapaku.

“Maaf ya sudah menunggu lama” aku dengan malu keluar rumah.

Sebelum bepergian aku berpamitan terlebih dahulu ke pada kedua orang tua ku dan orang tuaku menjawab “Hati-hati ya…”.

Setelah itu aku pergi naik mobil bersama teman-temanku.

Di perjalanan kami bernyanyi-nyanyi, setelah kurang lebih 12 jam kami di perjalanan, mobil yang kami naikki mogok, hari sudah malam dan mulai gelap.

Pak sopir memberhentikan mobil ku di penggil jalan. Ia mulai memperbaiki mobil, ternyata mobil kami kepanasan.

Pak sopir meminta kami untuk membantunya untuk memperbaiki mobil. Tetapi kami tidak tahu dan tidak mengerti cara memperbaiki mobil.

Kemudian pak sopir berkata “Kalau begitu kalian berikan air minum kalian untuk menghilangkan panasnya mesin mobil ini”.

Mobil masih tetap mogok, dengan terpaksa kami mununggu sampai pagi.

To be cotinued